Jumat, 26 Agustus 2011

Excel penghitung anggaran (Excel budget calculator)


Ms. excel icon

Apakah anda sering pake Ms Excel? Dan siapa sih yang nggak kenal anggota keluarga besar Ms Office yang satu itu. Apalagi sebagai manusia yang sehari-hari beradu dengan angka, angka, dan angka, tentu Ms Excel termasuk salah satu aplikasi favorit. Dimana Ms excel juga sering dipake oleh para consultan teknik loe...,,, dimana Excel sering dipak-e untuk menghitung jumlah suatu daerah, menghitung RAPBD, dan masih banyak lagi. 
Gag man, bukan gue mau curhat atau nulis artikel?

Hehe.. baiklah. Kembali ke topik. Kita tentu udah kenal dengan fungsi-fungsi yang ada di MS Excel. Mulai dari fungsi-fungsi yangsering dipake sampe fungsi-fungsi yang nggak pernah dipake sama sekali. Fungsi-fungsi di Excel itu buaanyak sekali.... ada jutaan trilyun!!
Sorry sob, becanda! sebenarnya cuma ada 239 fungsi default pada MS Excel Professional Edition 2003, gan!
Wah... kurang kerjaan juga ya sampe mau menghitung jumlah fungsi tersebut. Hehehe :D . Oke, fungsi apa yang paling sering kita gunakan? Ada MAX, MIN, LOOKUP, VLOOKUP, SORT, IF, AVERAGE dan masih banyak lagi. Tiap-tiap fungsi mempunyai tugas yang berbeda-beda. Kalo mau lihat daftar semua fungsi Excel, buka aja menu Insert->Function.
Nggak jarang juga kita menggunakan dua atau lebih fungsi Excel untuk menyelesaikan satu problem tertentu. Contoh kecil, kita mau mencari berapa nilai cosinus dari 30 derajat?
Gampang, gan... tinggal ketik "=COS(30)".. enter!
Heh? Trus hasilnya berapa?
0.154251.. gan
Trus kalo pake kalkulator?
0.866...?? Lha...! Kok?
Iya.. karena fungsi COS() pada Excel itu adalah menghitung nilai kosinus dari bilangan radian. Kalo mau menghitung kosinus bilangan dalam derajat, harus dikonversi dulu dengan fungsi RADIANS(). Jadi, fungsi lengkapnya adalah "=COS(RADIANS(30))", hasilnya... insya Allah... 0.866025. :)

Maksimum Absolute

Nah, di dalam proses analisis dan desain struktur, nggak jarang kita berhadapan dengan permasalahan yang berjudul.... Maximum-Absolute... Yaitu mengambil nilai yang terbesar tanpa memperhatikan tanda positif atau negatif.
Contoh kasus, sewaktu mendesain profil baja, kita harus mencari momen lentur terbesar. Dari analisis struktur, diperoleh kumpulan data momen lentur dari batang tipikal dengan berbagai kombinasi pembebanan, misalnya datanya sbb:
250, 350, 225, -354 ,-245, 349, 298, -189, 198, -79
Kalau kita gunakan fungsi MAX() maka hasilnya adalah 350
Kalau kita gunakan fungsi MIN() hasilnya -354, yang nilai absolutnya lebih besar daripada 300.
Solusinya, kadang kita membuat fungsi kompleks
=IF(MAX(range)>ABS(MIN(range)),MAX(range),MIN(range))
Yang artinya, jika nilai maksimum lebih besar daripada nilai minimum yang diabsolutkan, maka ambil nilai maksimum, jika tidak, ambil minimum.
Bagaimana kalo kita bikin fungsi sendiri saja? Biar lebih gampang. Apalagi kalo fungsi itu sering digunakan. Bagaimana caranya? Simak..

Membuat Fungsi ABSMAX

Fungsi ini kita namakan ABSMAX artinya Absolute Maximum. Perlu diingat, penamaan fungsi sifatnya bebas yang penting belum ada di dalam fungsi standar MS Excel. Mau pake nama fungsi MASBEJOKEREN juga bisa. Tapi, ada beberapa aturan penamaan, misalnya:
  • tidak boleh pake spasi
  • harus diawali oleh huruf
  • boleh pake angka
  • tidak boleh karakter lain, kecuali underscore (_)
  • tidak boleh pake kata kunci Visual Basic, misalnya dim, single, then, dll
  • Itu aja sih.. :)
Next, ikuti saja step-step berikut:
  1. Buka MS Excel. Buka VB Editor, dengan cara :

    - Tombol Alt + F11, atau

    - Menu Tools -> Macro -> Visual Basic Editor

  2. Di sebelah kiri harusnya ada jendela Project Explorer. Kalau tidak ada coba tekan Ctrl+R atau klik menu View -> Project Explorer
  3. Highlight (sorot) VBAProject (namafile.xls). Di tutorial ini saya pakai namafile Fungsi Khusus.xls. Klik kanan -> Insert -> Module

  4. Module adalah tempat dimana kita menuliskan fungsi. Harus di module? Ya! Tidak ada tawar menawar. Klik ganda Module1 yang baru saja muncul di Project Explorer. Anda akan dibawa ke sebuah layar utama yang masih kosong. Untuk memastikan anda sedang aktif di Module1, perhatikan salah satu dari 4 gejala berikut ini.

  5. Mari kita isi layar putih tersebut dengan kode berikut.
  6. Berikut penjelasannya:
    1. Function ABSMAX (R as range, param as Integer)
      ABSMAX adalah nama fungsi,

      R adalah nama variabel yang tipenya Range. Range adalah obyek pada MS Excel yang berisi satu atau lebih sel. Variabel R boleh diganti dengan yang lain misalnya Jengkol as Range.

      param adalah variabel integer. Ini untuk mengatur seandainya nilai yang terpilih adalah nilai negatif, maka apakah negatifnya yang diambil atau nilai absolutnya (positif). Jika 0, ambil nilai aslinya (negatif), jika 1 ambil nilai absolut (positif).
    2. Deklarasi variabel. Beberapa programmer kadang mengabaikan bagian ini. Untuk aplikasi atau fungsi yang ringan, deklarasi variabel kadang tidak dilakukan.
      Tapi untuk code yang sangat banyak, deklarasi variabel sangat efektif untuk alokasi memori sehingga aplikasi berjalan tidak terlalu berat.
    3. Vmaks untuk menyimpan nilai maksimum,

      Vmin untuk menyimpan nilai minimum.

      temp1 untuk menyimpan nilai maksimum sementara,

      temp2 untuk menyimpan nilai minimum sementara

      i dan j adalah indeks untuk looping.

      N adalah jumlah sel yang ada pada range R
    4. temp1 dan temp2 diisi dengan nilai baris pertama kolom pertama dari range R.
    5. Looping untuk mencari nilai maksimum dan minimum, masing-masing di masukkan ke variabel Vmaks dan Vmin.
    6. Setelah itu kita bandingkan antara Vmaks dengan Vmin, mana yang paling besar nilainya itulah pemenangnya.. :D
    7. Jangan lupa cek variabel param. Fungsinya simpel, kalo memang pemenangnya adalah Vmin, apakah tanda negatifnya mau diikutkan ato nggak.. disitulah fungsi param
  7. Udah... beres.. Jangan lupa simpan. Trus tutup jendela Visual basic, dan kembali ke Excel.

Mencoba Fungsi ABSMAX

  1. Coba masukkan angka-angka yang akan dicari maksimum absolutnya. Lihat contoh di bawah.

  2. Trus, coba ketikkan perintah atau fungsi "=ABSMAX(B1:B10,0)". Lihat hasilnya
  3. Atau, sebagai pembanding, silahkan simak beberapa fungsi di bawah ini

Nah... mudah-mudahan sudah jelas dengan cara pakai fungsi ABSMAX.

Menggunakan Fungsi ABSMAX di File Lain

Nah.. ini ada satu masalah lagi. Fungsi ABSMAX yang barusan kita buat, hanya bisa dipake di file dimana module itu berada.
Jadi, kalo mau dipake di worksheet lain, harus ngetik code lagi, gan? Tjapee deech
Tenang... semua masalah ada solusinya. Salah satu solusi dari masalah ini adalah... iya.. betul... ngetik code lagi. (gubrakkk)
Hehe.. begini nih solusinya.
  1. Buka lagi jendela VB Editor. Seperti biasa... Alt+F11. Cari module yang berisi kode fungsi. Klik kanan, pilih Export File

  2. Ketik namanya, misalnya "fungsiku". Ekstensinya adalah .bas. Jangan lupa lokasi direktori penyimpanannya diperhatikan

  3. Trus, kalo mau dipake di file lain, tinggal diimpor. Buka file lain atau buat file baru. Buka VB Editor. Klik kanan pada nama file di Project Explorer, pilih Import File.

  4. Cari file *.bas yang berisi fungsi tersebut. Selesai. Gunakan seperti biasa
Nah... sekian dulu tips dari juragan. Sampai bertemu di tips berikutnya.
[semoga.bermanfaat]

Sabtu, 20 Agustus 2011

Cara kerja alat sondir menurut "Badan Standardisasi Nasional"

Cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir
ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional

I Daftar isi
Daftar isi ........................................................................................................................i
Prakata ..........................................................................................................................iii
Pendahuluan .................................................................................................................iv
1 Ruang lingkup .............................................................................................................1
2 Istilah dan definisi …....................................................................................................1
3 Ketentuan dan persyaratan ....................................................................................... 2
3.1 Peralatan penetrometer konus ................................................................................ 2
3.1.1 Konus ....................................................................................................... 2
3.1.2 Selimut bidang geser ............................................................................... 2
3.1.3 Bahan baja ............................................................................................... 3
3.1.4 Pipa dorong.............................................................................................. 3
3.1.5 Batang dalam........................................................................................... 3
3.1.6 Mesin pembeban hidraulik ....................................................................... 3
3.2 Pengujian ........................................................................................................... 5
3.2.1 Batasan peralatan dan pengujian .............................................................. 5
3.2.2 Kalibrasi ................................................................................................... 5
3.2.3 Petugas ................................................................................................... 5
3.2.4 Penanggung jawab pengujian ................................................................. 6
4 Cara pengujian ......................................................................................................... 6
4.1 Persiapan pengujian .......................................................................................... 6
4.2 Prosedur pengujian............................................................................................. 6
4.2.1 Pengujian penetrasi konus ganda............................................................ 6
4.2.2 Pembacaan hasil pengujian ..................................................................... 6
4.2.3 Pengulangan langkah-langkah pengujian ................................................ 7
4.2.4 Penyelesaian pengujian ........................................................................... 7
5 Perhitungan .............................................................................................................. 7
5.1 Rumus-rumus perhitungan ................................................................................ 7
5.1.1 Perlawanan konus (qc) ............................................................................. 7
5.1.2 Perlawanan geser (fs)............................................................................... 8
5.1.3 Angka banding geser (Rf)......................................................................... 8
5.1.4 Geseran total (Tf) ..................................................................................... 8
5.2 Prosedur perhitungan ......................................................................................... 10
5.2.1 Cara perhitungan ..................................................................................... 10
5.2.2 Cara penggambaran hasil uji penetrasi konus......................................... 10
6 Laporan uji ................................................................................................................ 10

II lampiran
Lampiran A Bagan alir cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir (normatif) ...... 11
Lampiran B Contoh formulir uji penetrasi konus statik (sondir) (informatif) ................... 12
Lampiran C Tabel daftar deviasi teknis dan penjelasannya (informatif) ..................... 16
Bibliografi ...................................................................................................................... 17

III Prakata
Standar berjudul Cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir merupakan revisi dari SNI 03-2827-1992, Metode Pengujian Lapangan dengan alat sondir, dengan perubahan pada judul, penambahan Istilah dan definisi, penambahan dan revisi beberapa materi mengenai Persyaratan dan Ketentuan serta cara pengujian, penjelasan rumus, pembuatan bagan alir, perbaikan gambar dan pembuatan contoh formulir.
Standar ini disusun oleh Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil
pada Sub Panitia Teknk Bidang Sumber Daya Air. Tata cara penulisan disusun mengikuti PSN 08:2007 dan dibahas pada forum rapat konsensus pada tanggal 16 November 2006 di Bandung dengan melibatkan para nara sumber, pakar dan lembaga terkait.

IV Pendahuluan
Dalam desain struktur tanah fondasi sering dilakukan analisis stabilitas dan perhitungan
desain fondasi suatu bangunan dengan menggunakan parameter tanah baik tegangan total
maupun tegangan efektif. Parameter perlawanan penetrasi dapat diperoleh dengan berbagai
cara. Dalam melakukan uji penetrasi lapangan ini digunakan metode pengujian lapangan
dengan alat sondir (SNI 03-2827-1992) yang berlaku baik untuk alat penetrasi konus tunggal
maupun ganda yang ditekan secara mekanik (hidraulik). Peralatan uji penetrasi ini antara
lain terdiri atas peralatan penetrasi konus, bidang geser, bahan baja, pipa dorong, batang
dalam, mesin pembeban hidraulik, dan perlengkapan lainnya. Mengingat diperlukannya
parameter perlawanan penetrasi lapisan tanah di lapangan untuk keperluan interpretasi
perlapisan tanah dan bagian dari desain fondasi suatu bangunan, perlu disusun revisi
standar berjudul “Cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir”.

Cara uji ini dimaksudkan sebagai pegangan dan acuan dalam uji laboratorium geser
dengan cara uji langsung terkonsolidasi dengan drainase pada benda uji tanah.
Tujuannya adalah untuk memperoleh parameter-parameter perlawanan penetrasi lapisan
tanah di lapangan, dengan alat sondir (penetrasi quasi statik). Parameter tersebut berupa
perlawanan konus (qc), perlawanan geser (fs), angka banding geser (Rf), dan geseran
total tanah (Tf), yang dapat dipergunakan untuk interpretasi perlapisan tanah dan bagian
dari desain fondasi.
Standar ini diharapkan bermanfaat bagi para laboran atau tenaga teknisi yang berhubungan
dengan penyelidikan geoteknik, para pendesain bangunan dan pihak-pihak terkait lainnya.

Cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir

1 Ruang lingkup
Tabel Klasifikasi
Standar ini menetapkan cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir, untuk memperoleh
parameter-parameter perlawanan penetrasi lapisan tanah di lapangan, dengan alat sondir
(penetrasi quasi statik). Parameter tersebut berupa perlawanan konus (qc), perlawanan
geser (fs), angka banding geser (Rf), dan geseran total tanah (Tf), yang dapat digunakan
untuk interpretasi perlapisan tanah yang merupakan bagian dari desain fondasi.
Standar ini menguraikan tentang prinsip-prinsip cara uji penetrasi lapangan dengan alat
sondir meliputi: sistem peralatan uji penetrasi di lapangan dan perlengkapan lainnya;
persyaratan peralatan dan pengujian; cara uji; perhitungan parameter perlawanan penetrasi
lapisan tanah; laporan uji; dan contoh uji. Cara uji ini berlaku baik untuk alat penetrasi konus
tunggal maupun ganda yang ditekan secara mekanik (hidraulik).

2 Istilah dan definisi
Istilah dan definisi yang berkaitan dengan standar ini adalah sebagai berikut.

2.1 Angka banding geser (Rf)
Perbandingan antara perlawanan geser dan perlawanan konus (fs/qc), dinyatakan dalam
persen.

2.2 Gigi dorong
Gigi yang mendorong penekan hidraulik melalui suatu roda gigi yang merupakan bagian dari alat ukur penetrasi.

2.3 Kekuatan geser tanah
Tahanan atau tegangan geser maksimum yang dapat ditahan oleh tanah pada kondisi pembebanan tertentu.

2.4 Konus
Ujung alat penetrasi yang berbentuk kerucut untuk menahan perlawanan tanah.

2.5 Penetrometer konus ganda
Alat penetrasi konus dengan sondir untuk mengukur komponen perlawanan ujung dan perlawanan geser lokal terhadap gerakan penetrasi.

2.6 Penetrometer konus tunggal
Alat penetrasi konus dengan sondir untuk mengukur komponen perlawanan ujung terhadap gerakan penetrasi.

2.7 Penyondiran
Proses Penyondiran
Serangkaian pengujian penetrasi yang dilakukan di suatu lokasi dengan menggunakan alat penetrasi konus.

2.8 Perlawanan geser (fs)
Nilai perlawanan terhadap gerakan penetrasi akibat geseran yang besarnya sama dengan gaya vertikal, yang bekerja pada bidang geser dibagi dengan luas permukaan selimut geser; perlawanan ini terdiri atas jumlah geseran dan gaya adhesi.
.
2.9 Perlawanan konus atau perlawanan daya dukung (qc)
Perlawanan penetrasi konus
Nilai perlawanan terhadap gerakan penetrasi konus yang besarnya sama dengan gaya vertikal yang bekerja pada konus dibagi dengan luas ujung konus.

2.10 Selimut (bidang) geser
Bagian ujung alat ukur penetrasi ganda, tempat terjadinya perlawanan geser lokal.

2.11 Tegangan geser tanah
Perlawanan tanah terhadap deformasi bila diberi tegangan geser.

3 Ketentuan dan persyaratan

3.1 Peralatan penetrometer konus
3.1.1 Konus
Konus yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (lihat Gambar 1):
a) keadaan tertekan b) keadaan terbentang

Gambar 1 Rincian konus ganda
1) Ujung konus bersusut 600 ± 50 ;
2) Ukuran diameter konus adalah 35,7 mm ± 0,4 mm atau luas proyeksi konus = 10 cm2;
3) Bagian runcing ujung konus berjari-jari kurang dari 3 mm. Konus ganda harus
terbuat dari baja dengan tipe dan kekerasan yang cocok untuk menahan abrasi dari
tanah;
Skema Penyondiran

3.1.2 Selimut (bidang) geser
Selimut (bidang) geser yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a) Ukuran diameter luar selimut geser adalah 35,7 mm ditambah dengan 0 mm s.d 0,5 mm;
b) Proyeksi ujung alat ukur penetrasi tidak boleh melebihi diameter selimut geser;
c) Luas permukaan selimut geser adalah 150 cm2 ± 3 cm2;
d) Sambungan-sambungan harus didesain aman terhadap masuknya tanah.
a) Selimut geser pipa harus mempunyai kekasaran sebesar 0,5 μ m AA ± 50 %.

3.1.3 Pipa dorong
Batang-batang yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a) Pipa terbuat dari bahan baja dengan panjang 1,00 m;
b) Pipa harus menerus sampai konus ganda agar penampang pipa tidak tertekuk jika
disondir/didorong;
c) Ukuran diameter luar pipa tidak boleh lebih besar daripada diameter dasar konus ganda
untuk jarak minimum 0,3 m di atas puncak selimut geser;
d) Setiap pipa sondir harus mempunyai diameter dalam yang tetap;
e) Pipa-pipa tersambung satu dengan yang lainnya dengan penyekrupan, sehingga
terbentuk rangkaian pipa kaku yang lurus;
f) Pipa bagian dalam harus dilumasi untuk mencegah korosi.

3.1.4 Batang dalam
Proses Penekanan Batang

Batang-batang dalam yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a) Batang dalam terbuat dari bahan baja dan terletak di dalam pipa dorong;
b) Batang-batang dalam harus mempunyai diameter luar yang konstan;
c) Panjang batang-batang dalam sama dengan panjang pipa-pipa dorong dengan
perbedaan kira-kira 0,1 mm;
d) Batang dalam mempunyai penampang melintang yang dapat menyalurkan perlawanan konus tanpa mengalami tekuk atau kerusakan lain;
e) Jarak ruangan antara batang dalam dan pipa dorong harus berkisar antara 0,5 mm dan 1,0 mm;
f) Pipa dorong dan batang dalam harus dilumasi dengan minyak pelumas untuk mencegah korosi;
g) Pipa dorong dan batang dalam harus bersih dari butiran-butiran untuk mencegah
gesekan antara batang dalam dan pipa dorong.


3.1.5 Mesin pembeban hidraulik
Mesin pembeban yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (lihat
Mesin hidrolik
Gambar di samping):
a) Rangka mesin pembeban harus dijepit oleh 2 buah batang penjepit yang diletakkan
pada masing-masing jangkar helikoidal agar tidak bergerak pada waktu pengujian;
b) Rangka mesin pembeban berfungsi sebagai dudukan sistem penekan hidraulik yang
dapat digerakkan naik/turun;
c) Sistem penekan hidraulik terdiri atas engkol pemutar, rantai, roda gigi, gerigi dorong dan penekan hidraulik yang berfungsi untuk mendorong/menarik batang dalam dan pipa
dorong;
d) Pada penekan hidraulik terpasang 2 buah manometer yang digunakan untuk membaca tekanan hidraulik yang terjadi pada waktu penekanan batang dalam, pipa dorong dan konus (tunggal atau ganda). Untuk pembacaan tekanan rendah disarankan
menggunakan manometer berkapasitas 0 Mpa s.d 2 MPa dengan ketelitian 0,05 Mpa.
Untuk pembacaan tekanan menengah digunakan manometer berkapasitas 0 MPa s.d 5
MPa dengan ketelitian 0,05 MPa, dan untuk pembacaan tekanan tinggi digunakan
manometer berkapasitas 0 MPa s.d 25 MPa dengan ketelitian 0,1 MPa.

Gambar 2 Rangkaian alat penetrasi konus (sondir Belanda)
3.2 Pengujian
3.2.1 Batasan peralatan dan perlengkapan
Persyaratan yang diperlukan adalah sebagai berikut:
a) Ketelitian peralatan ukur dengan koreksi sekitar 5 %;
b) Deviasi standar pada alat penetrasi secara mekanik:
1) untuk perlawanan konus (qc) adalah 10 %;
2) untuk perlawanan geser (fs) adalah 20 %;
c) Alat ukur harus dapat mengukur perlawanan penetrasi di permukaan dengan dilengkapi alat yang sesuai, seperti mesin pembeban hidraulik;

Gambar 3 Rincian penekan hidraulik
d) Alat perlengkapan mesin pembeban harus mempunyai kekakuan yang memadai, dan
diletakkan di atas dudukan yang kokoh serta tidak berubah arah pada waktu pengujian;
e) Pada alat sondir ringan (< 200 kg) biasanya tidak dapat tembus untuk 2 m s.d 3 m
sehingga datanya tidak bermanfaat;
f) Pada alat sondir berat (> 200 kg) digunakan sistem angker; namun di daerah tanah
lunak tidak dapat digunakan kecuali dengan pemberian beban menggunakan karungkarung pasir.

3.2.2 Kalibrasi
Semua alat ukur harus dikalibrasi minimum 1 kali dalam 3 tahun dan pada saat diperlukan,
sesuai dengan persyaratan kalibrasi yang berlaku.


3.2.3 Petugas
Petugas pengujian ini adalah laboran atau teknisi yang memenuhi persyaratan kompetensi
yang berlaku dalam pengujian penetrasi lapangan dengan alat sondir, dan diawasi oleh ahli
geoteknik.


4 Cara pengujian

4.1 Persiapan pengujian
Lakukan persiapan pengujian sondir di lapangan dengan tahapan sebagai berikut:
a) Siapkan lubang untuk penusukan konus pertama kalinya, biasanya digali dengan linggis
sedalam sekitar 5 cm;
b) Masukkan 4 buah angker ke dalam tanah pada kedudukan yang tepat sesuai dengan
letak rangka pembeban;
c) Setel rangka pembeban, sehingga kedudukan rangka berdiri vertikal;
d) Pasang manometer 0 MPa s.d 2 MPa dan manometer 0 MPa s.d 5 MPa untuk
penyondiran tanah lembek, atau pasang manometer 0 MPa s.d 5 MPa dan manometer 0
MPa s.d 25 MPa untuk penyondiran tanah keras;
e) Periksa sistem hidraulik dengan menekan piston hidraulik menggunakan kunci piston,
dan jika kurang tambahkan oli serta cegah terjadinya gelembung udara dalam sistem;
f) Tempatkan rangka pembeban, sehingga penekan hidraulik berada tepat di atasnya;
g) Pasang balok-balok penjepit pada jangkar dan kencangkan dengan memutar baut
pengecang, sehingga rangka pembeban berdiri kokoh dan terikat kuat pada permukaan
tanah. Apabila tetap bergerak pada waktu pengujian, tambahkan beban mati di atas
balok-balok penjepit;
h) Sambung konus ganda dengan batang dalam dan pipa dorong serta kepala pipa
dorong; dalam kedudukan ini batang dalam selalu menonjol keluar sekitar 8 cm di atas
kepala pipa dorong. Jika ternyata kurang panjang, bisa ditambah dengan potongan besi
berdiameter sama dengan batang dalam.

4.2 Prosedur pengujian
4.2.1 Pengujian penetrasi konus
Lakukan pengujian penetrasi konus ganda dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Tegakkan batang dalam dan pipa dorong di bawah penekan hidraulik pada kedudukan yang tepat;
b) Dorong/tarik kunci pengatur pada kedudukan siap tekan, sehingga penekan hidraulik
hanya akan menekan pipa dorong;
c) Putar engkol searah jarum jam, sehingga gigi penekan dan penekan hidraulik bergerak turun dan menekan pipa luar sampai mencapai kedalaman 20 cm sesuai interval pengujian;
d) Pada tiap interval 20 cm lakukan penekanan batang dalam dengan menarik kunci
pengatur, sehingga penekan hidraulik hanya menekan batang dalam saja (kedudukan 1,
lihat Gambar 5);
e) Putar engkol searah jarum jam dan jaga agar kecepatan penetrasi konus berkisar antara 10 mm/s sampai 20 mm/s ± 5. Selama penekanan batang pipa dorong tidak boleh ikut turun, karena akan mengacaukan pembacaan data.

4.2.2 Pembacaan hasil pengujian
Lakukan pembacaan hasil pengujian penetrasi konus sebagai berikut:
1) Baca nilai perlawanan konus pada penekan batang dalam sedalam kira-kira 4 cm
pertama (kedudukan 2, lihat Gambar 4) dan catat pada formulir (Lampiran C) pada
kolom Cw ;
2) Baca jumlah nilai perlawanan geser dan nilai perlawanan konus pada penekan batang sedalam kira-kira 4 cm yang ke-dua (kedudukan 3, lihat Gambar 4) dan catat pada formulir (Lampiran C) pada kolom Tw.

Gambar 4 Kedudukan pergerakan konus pada waktu pengujian sondir
Penurunan Muka Air Tanah

4.2.3 Pengulangan langkah-langkah pengujian
Ulangi langkah-langkah pengujian tersebut di atas hingga nilai perlawanan konus mencapai batas maksimumnya (sesuai kapasitas alat) atau hingga kedalaman maksimum 20 m s.d 40 m tercapai atau sesuai dengan kebutuhan. Hal ini berlaku baik untuk sondir ringan ataupun sondir berat.

4.2.4 Penyelesaian pengujian
a) Cabut pipa dorong, batang dalam dan konus ganda dengan mendorong/menarik kunci pengatur pada posisi cabut dan putar engkol berlawanan arah jarum jam.
b) Catat setiap penyimpangan pada waktu pengujian.


5 Perhitungan

5.1 Rumus-rumus perhitungan
Prinsip dasar dari uji penetrasi statik di lapangan adalah dengan anggapan berlaku hokum Aksi Reaksi (persamaan 10), seperti yang digunakan untuk perhitungan nilai perlawanan konus dan nilai perlawanan geser di bawah ini.
Qc= Nilai Konus

5.1.1 Perlawanan konus (qc)
Nilai perlawanan konus (qc) dengan ujung konus saja yang terdorong, dihitung dengan
menggunakan persamaan :
Pkonus = P piston ................................................................................. (1)
qc x Ac = Cw x Api
qc = Cw x Api / Ac ........................................................................... (2)
Api = π (Dpi )2 / 4 ................................................................................ (3)
Ac = π (Dc)2 / 4 ................................................................................. (4)

5.1.2 Perlawanan geser (fs)
Nilai perlawanan geser lokal diperoleh bila ujung konus dan bidang geser terdorong
bersamaan, dan dihitung dengan menggunakan persamaan :
Pkonus + Pgeser = Ppiston .......................................................................... .. (5)
(qc x Ac) + (fs x As) = Tw x Api
(Cw x Api) + (fs x As) = Tw x Api
fs = Kw x Api / As .......................................................................... (6)
As = π Ds Ls ................................................................................ (7)
Kw = (Tw - Cw ) .............................................................................. (8)


5.1.3 Angka banding geser (Rf)
Angka banding geser diperoleh dari hasil perbandingan antara nilai perlawanan geser local (fs) dengan perlawanan konus (qs), dan dihitung dengan menggunakan persamaan:
Rf = (fs / qs ) x 100 ............................................................................ (9)

5.1.4 Geseran total (Tf)
Nilai geseran total (Tf) diperoleh dengan menjumlahkan nilai perlawanan geser lokal (fs) yang dikalikan dengan interval pembacaan, dan dihitung dengan menggunakan persamaan :
Tf = (fs x interval pembacaan) .......................................................... (10)
dengan :
Cw : pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus (kPa);
Tw : pembacaan manometer untuk nilai perlawanan konus dan geser (kPa);
Kw : selisih dengan (kPa);
Pkonus : gaya pada ujung konus (kN);
Ppiston : gaya pada piston (kN);
qc : perlawanan konus (kPa);
fs : perlawanan geser lokal (kPa);
Rf : angka banding geser (%);
Tf : geseran total (kPa);
Api : luas penampang piston (cm2);
Dpi : diameter piston (cm);
Ac : luas penampang konus (cm2);
Dc = Ds : diameter konus sama dengan diameter selimut geser (cm);
As : luas selimut geser (cm2);
Ds : diameter selimut geser (cm);
Ls : panjang selimut geser (cm).

5.2 Prosedur perhitungan
Lakukan perhitungan perlawanan konus (qc), perlawanan geser (fs), angka banding geser (Rf), dan geseran total (Tf) tanah dan penggambaran hasil pengujian dengan tahapan
berikut.

5.2.1 Cara perhitungan
a) Hitung perlawanan konus (qc) bila ujung konus saja yang terdorong dengan
menggunakan persamaan (1) s.d (4).
b) Hitung perlawanan geser (fs) lokal bila ujung konus dan bidang geser terdorong
bersamaan dengan menggunakan persamaan (5) s.d (8).
c) Hitung angka banding geser (Rf) dengan menggunakan persamaan (9).
d) Hitung geseran total (Tf) tanah dengan menggunakan persamaan (10).


Penampang Tanah
5.2.2 Cara penggambaran hasil uji penetrasi konus
a) Gambarkan grafik hubungan antara variasi perlawanan konus (qc) dengan kedalaman
(meter).
b) Untuk uji sondir dengan konus ganda gambarkan hubungan antara perlawanan geser
(fs) dengan kedalaman dan geseran total (Tf) dengan kedalaman.
c) Apabila diperlukan rincian tanah yang diperkirakan dari data perlawanan konus dan
perlawanan geser, gambarkan grafik hubungan antara angka banding geser dengan .
kedalaman.
d) Tempatkan grafik-grafik dari sub butir a), b) dan c) di atas pada satu lembar gambar
dengan skala kedalaman yang sama.

6 Laporan uji
Hasil uji sondir dilaporkan dalam bentuk formulir seperti diperlihatkan dalam Lampiran C,
yang memuat hal-hal sebagai berikut:
a) Nama pekerjaan dan lokasi pekerjaan, dan tanggal pengujian;
b) Nama penguji, nama pengawas, dan nama penanggung jawab hasil uji dengan disertai tanda tangan (paraf) yang jelas;
c) Jumlah pengujian, koordinat lokasi atau sketsa situasi letak, elevasi tanah dan muka air tanah (bila memungkinkan);
d) Tipe ujung alat penetrasi yang digunakan, tipe mesin bercabang, informasi kalibrasi
ujung alat dan cabang atau kedua-duanya;
e) Catat setiap penyimpangan pada waktu pengujian.


Lampiran A
(normatif)
Bagan alir cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir

MULAI UJI SONDIR
1. Persiapan sebelum pengujian
a) Siapkan lubang sedalam 65 cm untuk penusukan pertama.
b) Masukkan 4 buah angker ke dalam tanah sesuai letak rangka pembeban.
c) Setel rangka pembeban, sehingga pembeban berdiri vertikal
d) Pasang manometer untuk tanah lunak 0 s.d 2 MPa dan 0 s.d 5 MPa atau untuk tanah keras 0 s.d 5MPa dan 0 s.d 20 MPa
e) Periksa sistem hidraulik dengan menekan piston hidraulik menggunakan kunci piston, dan bila kurang tambahkan oli serta cegah terjadinya gelembung udara dalam sistem.
f) Tempatkan rangka pembeban, sehingga penekan hidraulik berada tepat di atasnya.
g) Pasang balok-balok penjepit pada jangkar dan kencangkan dengan memutar baut pengencang
h) Sambungkan konus ganda dengan batang dalam dan batang dorong serta kepala pipa dorong.

2. Prosedur pengujian (penekanan pipa dorong)
a) Dirikan batang dalam dan pipa dorong di bawah penekan hidraulik pada kedudukan yang tepat.
b) Dorong / tarik kunci pengatur pada kedudukan siap tekan, sehingga penekan hidraulik hanya akan menekan pipa dorong.
c) Putar engkol searah jarum jam (kecepatan 10 s.d 20 mm/s), sehingga gigi penekan dan penekan hidraulik bergerak turun dan menekan pipa luar sampai mencapai kedalaman 20 cm sesuai interval pengujian.
d) Pada tiap interval 20 cm lakukan penekanan batang dalam dengan menarik kunci pengatur, sehingga penekan hidraulik menekan batang dalam saja (kedudukan 1, Gambar 4).


3. Prosedur pengujian (penekanan batang dalam)
a) Baca perlawanan konus pada penekan batang dalam, sedalam kira-kira 4 cm pertama (kedudukan 2, Gambar 4) dan catat pada formulir (Lampiran B) pada kolom Cw.
b) Baca jumlah perlawanan geser dan perlawanan konus pada penekan batang sedalam ± 4 cm yang ke-dua (kedudukan 3, Gambar 4) dan catat pada formulir
(Lampiran B) pada kolom Tw.


Lampiran C
(informatif)
Tabel daftar deviasi teknis dan penjelasannya
No. Materi Sebelum Revisi
1. Judul Metode pengujian
Penetrasi dengan alat SPT
Cara uji penetrasi lapangan dengan alat SPT
2. Format Format SNI Tetap
3. Acuan normatif Ada ASTM yang terkait dipindah ke Bibliografi.
4. Istilah dan definisi Sudah ada Perbaikan sedikit pada beberapa penjelasan, disusun menurut abjad.
5. - Penjelasan rumus dan gambar
    - Penjelasan cara kerja peralatan, bagan alir cara uji, dan contoh uji. Sudah ada Lengkapi penjelasan rumus dan gambar, serta cara kerja peralatan secara skematis.
6. Rumus Sudah ada Lengkapi rumus dengan gambar dan satuan serta
perhitungannya.
7. Gambar Gambar masih kurang jelas Perbaiki, lengkapi dan perjelas gambar-gambar cara kerja alat, bagan alir cara kerja dan cantumkan sumbernya.
8. Contoh Formulir Belum lengkap Penambahan contoh uji/ perhitungan (Lampiran C).

Tambahan dari semua lampiran di atas lampiran tersebut berguna dalam perhitungan pondasi:

Pondasi Tower
Peranan pondasi turut menentukan usia dan ke stabilan suatu konstruksi bangunannya. Dalam dekade terakhir ini sistem pondasi telah berkembang dengan bermacam variasi. Tapi hanya sedikit yang menampil kan sistem pondasi untuk mengatasi masalah membangun konstruksi di atas tanah lembek.

Pondasi tersebut dapat digunakan dalam berbagai bidang kontruksi bangunan seperti:
  • Pada bangunan tinggi
  • Pada jembatan
  • Pada tower
  • Pada rumah, dan lain-lain
Salah satu contoh pondasi tersebut pada gambar di samping.

Bibliografi
SNI 03-2827-1992, Metode pengujian lapangan dengan alat sondir.
ASTM D 1586-84 (1984), “Standard penetration test and split barrel sampling of soils”.
De Beer, E.E., Goelen, E., Heynen, W.J. and Joustra, K., 1988, “Cone penetration test (CPT)
: International reference test procedure”, in Penetration Testing 1988 Volume 1, Edited by J.
De Ruiter, A.A. Balkema, Rotterdam/ Brookfield , 1988.
FHWA NHI-01-031, “Manual on subsurface investigations”.
FHWA-TA-78-209 (1977), “Guidelines for Cone Penetration Test, Performance and Design“,
U.S. Department of Transportation, Federal Highway Administration, Offices of Research
and Development, Implementation Div. Washington, D.C., 20590, Juli 1977.
Schultze, E. & Muhs, H. (1967), “Bodenuntersuchungan fur Ingenieurbauten“, Springer –
Verlag , Berlin/ Heidelberg/ New York, page 147 – 169.